6344407's blog: "juliapermata"

Dulu… kalau ditanya banyak hal mengenai pria berkacamata itu maka akan saya jawab dengan tegas dan jujur “ga tau”… bahkan sampai beberapa bulan setelah bulan oktober 2009pun masih dengan jawaban yang sama..

Begini ceritanya…

Beberapa hari masuk di kelas baru mankom (manajemen komunikasi yang lebih terbilang manajemen komedi)…. Seper sepuluh dari isi kelas itu sudah tidak asing lagi dimata saya… sisanya sangat asing sekali… belum pernah dilihat… kecuali si arab Fahmi… inget dulu dia pernah pinjem pulpen waktu di Global Tv.

Seperti layaknya anak baru…. Liat situasi dulu… jaga sikap dan omongan… lebih tepatnya lebih banyak diam dan memperhatikan sekitar. Awalnya pria berkacamata itu belum Nampak dimata saya..sama sekali belum..

Seperti dejavu saat seorang dosen memberikan materi dan lawakan yg persis sama dikelas yang berbeda… dosen yang gemar mengenakan baju hitam-hitam itu… kata-kata “dejavu” itu terlontar dari mulut saya dan disadari oleh beberapa orang yang mendengarnya dan ikut tertawa… termasuk pria berkacamata itu… barulah sadar kalau ada dia dikelas itu… tapi belum terasa apa-apa…

Tibalah bulan Ramadhan… sudah terbiasa menyambut bulan penuh berkah itu disela-sela waktu perkuliahan. Kelaspun dengan kreatif mengadakan buka bersama. Dijadikanlah ajang perkenalan… karena memang belum saling kenal. Dan sayapun sebenarnya saat itu masih dengan kecuekan tingkat tinggi akan yg lainnya. Masih dengan lebih banyak diam…

Pria berkacamata itu mendapat giliran memperkenalkan diri… tersebutlah kata-kata “belum punya pacar” yang merupakan jawaban dari lontaran pertanyaan teman-teman yang lain. Belum terlalu perduli tentang itu… sampai giliran saya dengan jawaban dan pertanyaan yang sama. Semua dapat bagian yang sama dengan jawaban bervariasi…. Sebenarnya sudah banyak terliat siapa yang menaksir siapa… namun belum untuk kami berdua.

Masih di buka bareng kelas… foto bersama lalu pulang bersama. Namun saya kurang beruntung. Saya tidak mendapat tumpangan mobil untuk pulang. Sampai akhirnya si wawan menyarankan pria berkacamata itu memberikan tumpangan ke saya… serba salah… saya kan belum kenal dia? Yah sok kenal aja kali yaaa…. Diperjalananpun kalau dipikir-pikir perbincangan kami sangan basi sekali… datar, tanpa intonasi dan tidak berisi… diantarlah saya ke depan pager kostan dengan kata penutup “terima kasih”

Beberapa hari setelah itu entah darimana asalnaya muncul perbincangan mengenai suatu hal antara saya dengan pria berkacamata itu… seperti hanya suatu generalisasi tersirat yang disimpulkan oleh teman-teman yang lain. Saat itu belum terlalu saya gubris… karena posisinya saya masih dalam suasana baru sendiri…

Beberapa hari berikutnya entah kenapa saya selalu ingin menghindari pria berkacamata itu… aneh… padahal pria berkacamata itu tidak bermaksud mendekati saya… setiap ada dia seolah saya menarik diri dan mencari aktivitas lain.

Menyadari ada yang aneh dalam diri saya, sayapun berdiskusi dengan teman terdekat saya… wow respon yang baik yang saya dapatkan. Tapi saya tidak melanjutkan keanehan itu… mulai berpikir jernih dan melupakan..

Sampai pada suatu perbincangan yang aneh antara saya, dia dan teman yang lain… pada topik yang kurang saya suka dan kuasai (musik)… tapi terasa antusias sekali perbincangan itu… lagi-lagi sangat saya hindari menatap matanya.

Belum banyak yang tau… dan sayapun tak mau tau… tapi yg lain menyadari… saya dan dia sama-sama aneh… sama-sama tak mau tau individu masing-masing. Atau justru sebaliknya?? Sama-sama mencari tau satu sama lain tanpa diketahui satu sama lain.

Perasaan ini berbeda… yah akhirnya secara situasional saya dan pria berkacamata itu dekat… dalam istilah dalam lingkup kecil pertemanan yang sama dan intensitas pertemuan kelompok kecil yang sering…

Tibalah disuatu permainan yang disebut “jujur jujuran”… permainan anak muda waktu itu yang penuh dengan maksud dan tujuan tertentu… permainan yang diikuti teman-teman yang lain namun saya hindari… jujur pada saat itu menjadi hal yang paling sulit… saya pura-pura main laptop saat si pria berkacamata itu mendapat giliran jujur saat permainan itu berlangsung… ingin sekali rasanya menutup telinga saat itu… takut sesuatu yang tidak saya inginkan terdengar… pertanyaan: “siapa wanita yang disukai saat ini?” si pria itu mengelak dengan memberi istilah-istilah lain… sayapun menyibukan diri dengan internet… padahal perasaan saya berantakan saat itu.. si pria tidak menjawab… hanya memberi gambaran “namanya seperti judul lagu the beatles”… lalala saya makin cemas… pengetahuan musik saya kan sangat minim sekali… setelah didesak teman-teman yang lain akhirnya pria itu menyebut nama di judul lagu itu “Julia”… tanpa mendung dan tanpa hujan tapi perasaan saya bergemuruh (maaf agak lebay)… upsttt ternyata yang lain memperhatikan reaksi saya… wohaaaa muka saya memerah!!!

Sudah cukup di adegan itu sebab tidak berlanjut…

Terjawab sudah…. Ternyata pria berkacamata itu memiliki keanehan perasaan yang sama…

Setelah kejadian itu justru kami seolah-olah saling menjauh…. Lebih tepatnya saya lebih memilih mengindar daripada berada didekat dia dengan reaksi wajah memerah… dalam bahasa indonesianya disebut “selalu melarikan diri”…. Intensitas bertemu dan berbincang semakin jarang… seperti semakin kecil kemungkinan menyatukan maksud.

Seperti yang sudah saya bilang… saya kurang suka musik atau kesenian lainnya… apalagi menonton konser… jauh dari pemikiran saya. Bahkan sebuah tiket akibat si dimpol gagal nonton konserpun disodorkan ke saya. Yang lain sangat menyarankan demi kebersatuan dan bersenang-senang bersama… dengan berbagai pertimbangan, salah satunya pertimbangan si pria berkacamata itu ikut menonton… sayapun meng-iya kan ajakan teman-teman itu. Tanpa persiapan apapun saya ikut menonton konser Lenka di Jakarta… bahkan tanpa persiapan mental bertemu dan bersama-sama juga dengan pria berkacamata itu…. Memang beberapa kali sudah berkomunikassi via sms dengan pria itu… tapi kali ini berbeda… berbeda karena yang lain sudah tau keanehan yang terjadi diantara kami.

Malam itu… tengah malam bertepatan dengan ulang tahun pria berkacamata itu… sketika terbersit untuk merayakan dengan kue tart… tapi situasi yang sudah tidak memungkinkan dan diundur sampai besoknya.. tadinya ingin digagalkan saja rencana itu… tapi entah kenapa yang lain sangat mendukung dan seketika berkumpul untuk menjalankan niat saya… waktu itu saya tidak tau rencana apa yang sudah dirancang teman-teman saya.

Datanglah kami beramai-ramai dengan sebuah kue tart dengan lilin menyala diatasnya,… mengetuk pintu kost-kostan yang ada di cisitu… keluarlah seorang pria berkacamata dengan memakai kalung berwarna-warni (itu kenapa bias pake kalung ya? Hehe)… dia terlihat kaget… tangan sayapun bergetaran sambil memegangi kue… terlihatlah disitu saya gerogi… kombinasi yang bagus… kaget dan gemetaran… soalnya ini pertama kalinya saya memberi kejutan untuk seorang pria… pria yang masih berstatus teman saya… sebelum beberapa menit kemudian berstatus “in a relationship” di facebook (beneran langsung update info) dan dunia nyata… kejadiannya cepat sekali… tanpa perencanaan… tiba2 ada pembukaan percakapan si fahmi yg ngebuat si pria berkacamata terpaksa harus jujur saat itu juga… dan sayapun bingung bukan kepalang… kepalang bukan bingung… tapi jujur tentang perasaan itu lebih baik… memang hanya mengandalkan perasaan… bahkan banyak hal yang belum kami sama-sama ketahui waktu itu….

Kalau ditanya: “tau kesukaan dia ga?” ,,maka jawabannya “ga tau”

                                “tau kebiasaannya ga?”,, maka jawabannya “ga tau”

“tau masa lalunya ga?”,, maka jawabannya “ga tau”

“tau latar belakang keluarganya ga?” ,, maka jawabannya “ga tau”

 Yang saya tau Cuma… kejujuran perasaan dan rasa yakin… itu lebih dari cukup! :)

Buktinya rasa yakin diiringi proses yang panjang ngebuat kata “ga tau” jadi “tau”… sampai sekarang juga sebernya masih tahap proses dan akan terus berproses… :)